Monday, April 15, 2013

Public Transport lebih baik?? atau tidak?..??

Good motivation becomes a big change...

 Jakarta, 15 April 2013

Sudah lelah rasanya melihat kondisi Public Transport di jakarta yang sudah seperti anak remaja yang sedang mencari jati diri. Dengan alasan perbaikan layanan, kebijakan yang sudah ada berganti dengan model pelaksanaan yang baru. Tapi..., pelaksanaannya cuma beberapa waktu saja. Lama-kelamaan jadi seperti dulu lagi. Kalau kata peribahasa "hangat-hangat, tahi ayam"... Walaupun semuanya itu juga tidak lepas dari masyarakat sendiri yang juga tidak mau pindah dari kebiasaan yang dulu.

Kerata Api(Commuter Line) menjadi moda transportasi yang mengalami perubahan yang cukup banyak terjadi. Di tahun 2010 kereta Jabodetabek masih terbagi dalam empat kelas yakni ekonomi, ekonomi AC, ekspres & pa
kuan. Namun, beberapa tahun kemudian ada perubahan kebijakan yang menghapuskan ekspres(depok) & pakuan (Bogor) dengan alasan mencegah penumpukkan penumpang di stasiun-stasiun tertentu(karena hanya berhenti di stasiun-stasiun yang sudah ditentukan). Terjadi banyak penolakan dari pengguna kereta api karena waktu tempuh jadi semakin lama. 


Kemudian, tidak beberapa lama management kereta api ingin menaikkan harga Ekonomi AC dari Rp.5.500 menjadi Rp.8.000/Rp.9.000... kebijakan ini justru membuat aksi penolakan yang semakin keras bahkan sampai dibuat petisi yang akan diserahkan kepada pihak KAI. Untuk beberapa saat kebijakan ini dibatalkan. Pada akhirnya kebijakan tersebut direalisasikan dengan jaminan perbaikan layanan.. Kalau anda ingat, KAI pernah memberlakukan kebijakan yang tidak mengharuskan penumpang menunjukkan tiket kepada petugas karcis di pintu keluar stasiun. Alhasil, semakin banyak kecurangan yang dilakukan karena tanpa tiket pun kita bisa keluar stasiun dengan mudahnya (walaupun di dalam kereta di periksa oleh petugas, tapi orang kita lebih pintar & kreatif ). Kemudian kebijakan itu diganti dengan sistem yang lama. 

*Aksi Demo di stasiun Bekasi yang belum lama ini terjadi
Berita mengenai commuter line yang masih hangat adalah penghapusan kereta ekonomi, yang akan digantikan dengan kelas ekonomi AC. Wacana ini sudah ada sejak tahun 2012, namun belum juga direalisasikan dengan berbagai alasan. Waktu pelaksanaan terus diundur dan sampai sekarang tetap menjadi WACANA yang tidak pernah terealisasikan. Aksi demo pemblokiran di stasiun bekasi juga menjadi penghambat realisasi tersebut. Padahal mereka yang melakukan demonstrasi tidak memikirkan bahwa tindakan mereka merugikan pengguna kereta api lainnya. Para demonstran menjadi pihak yang tidak bijaksana karena mereka tidak memikirkan dampak yang terjadi akibat aksi mereka. Pada dasarnya, tindakan yang dilakukan adalah untuk membela kepentingan mereka dan masyarakat( dapat dibilang kelompok mayoritas pengguna kereta api ), tetapi harus dipikirkan juga tindakan demonstrasi yang sesuai dengan tujuan mereka namun tidak merugikan pihak lain. 

Tidak konsistennya pelaksanaan dari sebuah kebijakkan yang dicanangkan menjadi penyebab utama gagalnya pelaksanaan yang efektif dari kebijakan tersebut. Pada dasarnya niatan awal adalah kunci untuk bisa melakukan perubahan yang besar. Halangan untuk melaksanakan niat tersebut memang besar tetapi harus dilalui, karena akan memberikan kita pengalaman untuk dapat mejadi lebih baik dengan cara mengetahui apa-apa saja yang masih kurang dan yang perlu dipertahankan. Lakukan sebuah kebijakan dengan konsisten karena akan menunjukkan bahwa semua management public transport di Jakarta memang memiliki keseriusan untuk melakukan perbaikan demi kenyamanan bersama. Mungkin tidak akan langsung mengurai kemacetan (seperti yang direncanakan Pemda DKI) tetapi paling tidak, diawal akan merubah persepsi masyarakat terhadap kualitas public transpot di Jakarta dan perlahan tapi pasti akan merubah sikap masyarakat untuk beralih menggunakan moda transportasi umum. Untuk melakukan perubahan yang besar dibutuhkan waktu yang lama, bahkan dua kali dari umur yang sekarang. So, be patient and do something consistently..

No comments :

Post a Comment