Tuesday, April 23, 2013

Commuter Line tidak konsisten

Ketika uang 'bicara' & konsep Jaga-image...


Kembali hari ini melihat kejadian yang cukup unik ketika dalam perjalanan menuju kampus di Depok. Kali ini ada dua penumpang Commuter Line yang melakukan pelanggaran dan cukup menarik perhatian karena pembicaraan mereka tepat di depan kursi yang saya duduki. Penumpang yang pertama adalah seorang Bapak dengan kisaran usia 40+ yang naik Commuter Line  tanpa membawa karcis. Ketika petugas melakukan pemeriksaan, bapak tersebut seolah-olah berbicara sesuatu kepada petugas hingga dilewati begitu saja. Kemudian, ketika tiba di salah satu stasiun, si Bapak yang disuruh turun menego dengan bilang "sampai depok deh. saya turun di Depok aja.". Mungkin ini menjadi salah satu pemandangan yang biasa terjadi, tetapi hal yang harus dipikirkan adalah kredibilitas dan konsistensi penegakan aturan dari pihak Commuter Line yang nantinya akan dianggap tidak sesuai dengan apa yang direncanakan. Hal yang perlu diperhatikan adalah bagaimana KAI(Commuter Line) mampu menciptakan citra yang baik dengan salah satunya menunjukkan konsistensi dari apa yang diimplementasikan. Kalau terus seperti ini, tidak salah kalau banyak penumpang yang masih 'liar' dan terkesan tidak takut dengan aturan yang dibuat.

Kasus kedua adalah seorang ibu yang naik dari stasiun Tanjung Barat(kalau tidak salah ingat) yang kemudian dengan baik hati menghampiri petugas dan mengatakan bahwa dia membeli tiket ekonomi dan naik Commuter Line. Dengan modal kemampuan bicara tanpa putus, si Ibu terus memotong dan berusaha memberikan penjelasan secara lengkap kepada petugas dengan harapan petugas akan mengerti dan membiarkan dia untuk tetap di kereta. Mungkin kalian sudah tahu apa yang akan terjadi diakhir nanti. Si Ibu berdalih bahwa petugas di stasiun mengatakan bahwa tidak jadi masalah kalau naik Commuter Line walaupun tiket ekonomi. Petugas kereta langsung menyelak dan mengatakan "siapa yang bilang nggak apa-apa?!" Si Ibu terus mengeluarkan argumen yang sama sampai dia terbata-bata mengucapkannya(mungkin gugup dan takut karena dia tahu kalau salah). Jika melihat kasus yang ini, sebenarnya si Ibu bukan seorang yang baru menggunakan kereta tetapi sudah menjadi pemakai yang rutin kereta tersebut karena dia tahu kalau dia salah membeli tiket dan melaporkan kepada petugas. Dengan yakin dia mengatakan bahwa daia akn membayar denda Rp.50.000 karena kesalahannya... memang tindakan yang benar dari sisi penumpang, lagipula memang ada aturan yang ditempel di kereta yang mengatakan demikian. Namun, yang menjadi perhatian adalah alasan si Ibu tidak mau turun dari kereta dan rela mengeluarkan uang Rp.50.000 hanya untuk bertahan di dalam kereta tersebut. Jawaban besar yang muncul dalam benak saya adalah JAGA IMAGE. kenapa demikian? Banyak orang yang melakukan kesalah seperti itu dan rela turun ketika petugas memberikan instruksi demikian dibandingkan dengan harus membayar Rp.50.000 untuk sebuah tiket yang harganya hanya sepersepuluh dari denda tersebut. Pada akhirnya seperti yang pasti terjadi adalah, petugas mengizinkan ibu tersebut untuk tetap di kereta dengan membayar denda Rp.50.000...

1 comment :

  1. http://jakarta-25tahun-kedepan.blogspot.com/

    ini menurut saya adalah gambaran jakarta 25 tahun yang akan datang

    ReplyDelete